Abdul Ony Setiawan

Selasa, 07 Agustus 2012

Tanah Surga, Katanya

        Indonesia, pasti sudah tak asing ditelinga rekan-rekan semua. Di gadang-gadang sebagai negara dengan segala potensi yang ada baik dari segi sumber daya alamnya, maupun sumber daya manusia yang "aslinya" sangat potensial. pertambangan? jangan di tanya lagi, kita adalah salah satu negara yang kaya akan tambang. Kita ambil contoh emas misalkan, begitu luar biasanya Freeport sudah sepantasnya dan wajib sebenarnya paling tidak mampu sedikit demi sedikit mengikis angka kemiskinan yang terjadi di Papua hingga nereka dapat hidup sejahtera. Akan tetapi disini nampaknya fakta berbicara lain, tambang emas terbesar didunia ini nampaknya justru dinikmati oleh bukan bangsa kita. sangat ironis memang menyaksikan kenyataan yang terjadi. Negara kita hanya mendapatkan sisa yang dalam kuantitas sangatlah tidak adil, 1% saja, bayangkan, negara yang secara jelas-jelas menadi sumber justru hanya mendapatkan hasil yang menurut orang awam sangatlah tidak pantas dan tidak wajar. Ya memang kita belum mampu menghasilkan alat sendiri untuk mengolah sumber daya emas yang luar biasa ini, akan tetapi apakah angka 1% ini cukup manusiawi. Negara kita seakan-akan menjadi lumbung uang bagi mereka yang mendapatkan izin mengelola lahan emas tersebut. Gunungan emas yang dulu kokoh berdiri menanatang langit kini berubah menjadi cekungan serupa danau yang menggambarkan betapa ganasnya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan pihak asing kepada bumi pertiwi. Apakah pemerintah hanya bisa tinggal diam menyikapi hal itu? I don't know abaut that, yang jelas secara nyata pemerintah hanya terlihat pasrah melihat hal itu, terlihat diam tanpa pergerakan.

      Minyak dan gas? apalagi ini, salah satu sumur gas terbesar di dunia ada di pangkuan bumi pertiwi. sebagai negara yang memiliki ladang minyak luar biasa di berbagai titik di Indonesia, tentu kita tidak bisa dipandang sebelah mata akan hasil kekayaan minyak dan gasnya. akan tetapi lagi-lagi nampaknya kita tak punya daya untuk memanfaatkan nikmat Tuhan yang luar biasa yang di amanahkan kepada negara kita ini, lagi lagi kita hanya bisa terperangah melihat asing menguras habis ladang-ladang minyak berisi jutaan barel minyak mentah  potensial itu. seakan hanya bisa pasrah menerima kenyataan, tentu hasil yang kita dapatkan tak sebanding dengan apa yang diperoleh mereka sang eksploitator bumi pertiwi. bangsa kita seakan dijajah secara halus oleh mereka. apakah bisa kita sebut negara ini belum merdeka? justru perang secara halus seperti inilah yang sangat membahayakan bangsa Indonesia dalan menatap masa depannya. Ya bolehlah berargumen bahwa negara belum merdeka sepenuhnya. ini memang masalah pelik yang menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia yang mungkin sudah kadaluarsa untuk tanggal perbaikannya. akan tetapi tak ada kata kadaluarsa untuk kebaikan. tak ada kata terlambat untuk melangkah menjadi bangsa yang tegar berkepribadian. kita punya potensi besar, sudah sepatutnya kita tak takut menghadapi mereka-mereka, penjajah-penjajah lembut bumi pertiwi. yang terpenting saat ini adalah mempersiapkan amunisi-amunisi ampuh untuk menumbangkan hegemoni mereka. saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menyalahkan siapapun, jangan permasalahkan kucing itu putih,hitam,abu-abu atau oranye. yang terpenting adalah kucing itu bisa menangkap tikus apa tidak?. Indonesia saat ini butuh solusi, bukan malah mempermasalahkan masalah. kitalah jawaban atas segala tantangan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang. Ya, memang kita, tidak lain dan tidak bukan, generasi muda pengubah nasib bangsa. Jelas kita tak rela jika negara ini terus menerus terjajah, kita ingin kemakmuran bukan? di tangan generasi mudanya lah masa depan bangsa ini ditentukan. hanya mereka yang bermental baja, berhati mulia, bercita-cita tinggi, visioner, pandai mengelola perubahan, dan produktiflah yang memiliki peluang besar menancapkan tongkat revolusi bangsa Indonesia. Semoga.

Created by : Abdul Ony Setiawan