Dulu ketika masih duduk di bangku Sekolah dasar atau
mungkin bangku Taman Kanak-Kanak kita sudah dikenalkan dengan yang namanya
Iman. Dengan semangat, guru pendidik kita menjelaskan apa itu Iman. Karena
memang kita saat itu belum memahami sehingga kita hanya terdiam, memperhatikan
bapak/ibu guru yang sedang “on fire” menjelaskan didepan. Mungkin semua sepakat
jika mayoritas dari bapak/ibu guru kita mendiskripsikan Iman dengan pengertian
PERCAYA dalam hati, DIUCAPKAN dengan lisan, DIWUJUDKAN dengan perbuatan. Saya
rasa mayoritas sekokah dimanapun itu tempatnya sepakat jika pengertian Iman
seperti yang tertera diatas. Lantas apakah kemudian kita mengerti dan memahami
dari maksud Iman yang dijelaskan sebelumnya? Mungkin karena saat itu kita masih
polos, unyu-unyu kayak kue bolu, lucu dan menggemaskan kita hanya bisa
menangkap dengan radar kita bahwa cukup dengan percaya adanya Tuhan, diucapkan
“saya beriman, saya beriman, saya beriman” di setiap kesempatan yang ada
kemudian diwujudkan dengan sholat biasanya bagi sobat-sobat yang muslim.
Seiring berjalannya waktu, saat tanpa kita sadari umur kian bertambah, fisik
kian tumbuh, pemikiran mulai matang, pengertian iman ini masih belum kita
pahami secara mendalam. Akibatnya apa? Jelas rasa cinta, rasa sayang, rasa
membutuhkan terhadap sang pencipta pun agaknya masih sangat lemah. “Yang
terpenting saya sudah Islam, saya rasa sudah aman untuk membawa saya kesurga”
mungkin saja beberapa dari kita beranggapan seperti demikian. Riskan sekali
sobat, baginda rasul kita, Muhammad SAW yang sudah di nas kan untuk masuk surag
saja tak pernah henti untuk menyembah, meminta pertolongan, meminta ampun
kepada Allah SWT. Kita yang notabenya jauh sekali jika dibandingkan dengan
rasul dari aspek apapun kok justru seakan tidak membutuhkan-Nya. Ironis memang
melihat fenomena yang terjadi saat ini, kita percaya adanya Allah SWT, Dzat
yang mengatur segalanya, tetapi disisi lain kita enggan untuk mendekat
kepadanya, malas berkunjung dan sholat berjamaah ke Masjid atau Musholla yang
disebut sebagai rumah Allah, tidak mau menjalankan syariat-Nya. Hal ini sama
saja kita mengaku islam, mau menjadi islam, tapi tidak mau mengikuti apa yang
seharusnya dilakukan oleh yang diajarkan Islam. Mau Islamnya tapi tidak mau menjalani
yang diperintahkan, sama saja dengan mau kenyang tapi tidak mau makan.
Kepercayaan kita masih semu dengan agama yang sempurna ini. Iman bukan hanya
sekedar percaya, tapi juga disetiap tutur kata yang kita ucapkan harus
mencerminkan bahwa diri kita adalah orang yang beriman, disetiap perbuatan yang
kita lakukan harus pula mencerminkan bahwa kita adalah orang yang beriman. Jika
kalian tak mampu mengemban nikmat Iman yang diberikan kepadamu ini, kelak Allah
SWT akan menggantikan kalian dengan ornag-orang yang jauh lebih baik dari
kalian, yang mencinta Allah SWT sepenuh hati dan Allah SWT pun sangat
mencintainya, InsyaAllah. Mari sama-sama belajar, Maafkan khilaf yg terselip, dari kami yang masih kurang ilmu
ini, namun kurangnya ilmu tidaklah menggugurkan kewajiban untuk sampaikan
kebenaran :)
10 Oktober 2012,
-Abdul Ony Setiawan-
10 Oktober 2012,
-Abdul Ony Setiawan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar