Abdul Ony Setiawan

Selasa, 01 Januari 2013

Iman Bukan Hanya Sekedar Percaya

Dulu ketika masih duduk di bangku Sekolah dasar atau mungkin bangku Taman Kanak-Kanak kita sudah dikenalkan dengan yang namanya Iman. Dengan semangat, guru pendidik kita menjelaskan apa itu Iman. Karena memang kita saat itu belum memahami sehingga kita hanya terdiam, memperhatikan bapak/ibu guru yang sedang “on fire” menjelaskan didepan. Mungkin semua sepakat jika mayoritas dari bapak/ibu guru kita mendiskripsikan Iman dengan pengertian PERCAYA dalam hati, DIUCAPKAN dengan lisan, DIWUJUDKAN dengan perbuatan. Saya rasa mayoritas sekokah dimanapun itu tempatnya sepakat jika pengertian Iman seperti yang tertera diatas. Lantas apakah kemudian kita mengerti dan memahami dari maksud Iman yang dijelaskan sebelumnya? Mungkin karena saat itu kita masih polos, unyu-unyu kayak kue bolu, lucu dan menggemaskan kita hanya bisa menangkap dengan radar kita bahwa cukup dengan percaya adanya Tuhan, diucapkan “saya beriman, saya beriman, saya beriman” di setiap kesempatan yang ada kemudian diwujudkan dengan sholat biasanya bagi sobat-sobat yang muslim. 

               Seiring berjalannya waktu, saat tanpa kita sadari umur kian bertambah, fisik kian tumbuh, pemikiran mulai matang, pengertian iman ini masih belum kita pahami secara mendalam. Akibatnya apa? Jelas rasa cinta, rasa sayang, rasa membutuhkan terhadap sang pencipta pun agaknya masih sangat lemah. “Yang terpenting saya sudah Islam, saya rasa sudah aman untuk membawa saya kesurga” mungkin saja beberapa dari kita beranggapan seperti demikian. Riskan sekali sobat, baginda rasul kita, Muhammad SAW yang sudah di nas kan untuk masuk surag saja tak pernah henti untuk menyembah, meminta pertolongan, meminta ampun kepada Allah SWT. Kita yang notabenya jauh sekali jika dibandingkan dengan rasul dari aspek apapun kok justru seakan tidak membutuhkan-Nya. Ironis memang melihat fenomena yang terjadi saat ini, kita percaya adanya Allah SWT, Dzat yang mengatur segalanya, tetapi disisi lain kita enggan untuk mendekat kepadanya, malas berkunjung dan sholat berjamaah ke Masjid atau Musholla yang disebut sebagai rumah Allah, tidak mau menjalankan syariat-Nya. Hal ini sama saja kita mengaku islam, mau menjadi islam, tapi tidak mau mengikuti apa yang seharusnya dilakukan oleh yang diajarkan Islam. Mau Islamnya tapi tidak mau menjalani yang diperintahkan, sama saja dengan mau kenyang tapi tidak mau makan. Kepercayaan kita masih semu dengan agama yang sempurna ini. Iman bukan hanya sekedar percaya, tapi juga disetiap tutur kata yang kita ucapkan harus mencerminkan bahwa diri kita adalah orang yang beriman, disetiap perbuatan yang kita lakukan harus pula mencerminkan bahwa kita adalah orang yang beriman. Jika kalian tak mampu mengemban nikmat Iman yang diberikan kepadamu ini, kelak Allah SWT akan menggantikan kalian dengan ornag-orang yang jauh lebih baik dari kalian, yang mencinta Allah SWT sepenuh hati dan Allah SWT pun sangat mencintainya, InsyaAllah. Mari sama-sama belajar, Maafkan khilaf yg terselip, dari kami yang masih kurang ilmu ini, namun kurangnya ilmu tidaklah menggugurkan kewajiban untuk sampaikan kebenaran :)

10 Oktober 2012,
-Abdul Ony Setiawan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar