Abdul Ony Setiawan

Kamis, 03 Januari 2013

Sukses?


      Sukses, berapa kali kalian mendengar kata itu? Puluhan? Ratusan? Atau bahkan hingga ribuan?. Pasti sudah tidak asing dan sudah familiar dengan pesona kata sukses. Bagi sebagian, atau bahkan banyak kalangan, kesuksesan adalah primadona yang banyak diburu dan menjadi incaran manusia yang hidup di alam raya ini. Banyak pendapat, argumen, pernyataan yang menyatakan sukses itu seperti ini, sukses itu begini, sukses itu begitu, sukses itu harus seperti ini, sukses itu sudah selayaknya melakukan begini, bla bla bla bla bla dan lain sebagainya. Banyak perbedaan persepsi yang menyeruap kepermukaan tentang kesuksesan, banyak pendapat yang muncul tentang tolok ukur kesuksesan. Lantas seperti apakah sukses menurut pendapat kalian? Silahkan menafsirkan sendiri dalam hati, pikiran atau mungkin lewat tulisan. Disini, penulis akan sedikit berpendapat mengenai apa itu kesuksesan, dan apa tolok ukurnya menurut sudut pandang saya pribadi. Bagi saya, sukses adalah kontribusi. Apakah itu sukses adalah kontribusi? Jadi begini, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Dari sabda tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia terbaik adalah yang mampu menebar manfaat di kesempatan hidupnya didunia dan itu adalah sebaik-baik manusia. Maka dari itu sudah jelas bahwa jika kita ingin sukses maka kita harus berkontribusi dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi bagaimanapun.
            Lantas kemudian apakah yg dimaksud dengan kontribusi, bagi saya kontribusi adalah saat bagaimana sistem dapat berjalan dan berkembang dengan baik ketika dirimu berada didalamnya. Jadi jika kalian berada dalam wadah sebuah sistem maka kalian dapat dikatakan berkontribusi dengan baik saat sistem dapat berjalan sesuai porosnya dan berkembang dengan baik tanpa mengalami degadrasi. Dimanapun tempatnya, dan kapanpu itu, jika kontribusi kita maksimal maka kepercayaan itu akan datang dengan sendirinya. How you do anything is how you do everything, Bagaimana kalian melakukan sesuatu adalah bagaimana kamu melakukan segalanya. Kebiasaan disini berpengaruh sangat besar terhadap citra dan kepercayaan yang nantinya akan kalian dapatkan. Saat kepercayaan itu sudah muncul maka kontribusi yang kalian lakukan akan dapat terlaksana lebih maksimal. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa sukses bukanlah saat kalian bergelimangan harta, uang banyak, mobil puluhan, rumah ada dimana-mana, gaji puluhan juta kemudian kerjaan lancar, lebih dari itu sukses adalah seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh orang-orang disekitar kalian atas hadirmu ditengah-tengah mereka. Percuma jika seluruh kekayaan dan harta kita miliki tapi kontribusimu tidak ada di tengah-tengah saudara-saudaramu yang menyaksikanmu sehari-hari. Harta hanyalah hadiah dan akibat yang ditimbulkan dari kontribusimu ditengah-tengah masyarakat. Dan satu hal lagi yang tak kalah penting bahwa kesuksesan yang kita dapatkan bukanlah murni dari usaha kita pribadi, maka kita tidak patut menyombongkan diri terhadap apa yang telah kita miliki. Sebagian dari yang kita miliki adalah milik mereka, saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Kesuksesan yang kita peroleh tak pernah lepas dari kuasa sang pencipta, kita hanya sebagai perantara saja.
            Ibarat kata seperti kertas putih, jika ada pertanyaan mengapa kertas putih tersebut bisa terlipat? Pasti mayoritas menjawab karena dilipat. Padahal jauh dari itu, jawaban yang harusnya mendahului dari jawaban tersebut adalah karena kertas memiliki daya untuk dilipat dan karena ada yang melipat. Begitu pula manusia, mengapa manusia sukses? Karena manusia memiliki daya untuk sukses dan ada yang mensukseskannya yaitu sang pencipta Allah SWT. Mustahil rasanya jika manusia sukses karena kemampuan pribadinya semata. Manusia sebenarnya hanyalah media saja, yang menjalankan Tuhan, yang memberikan kekuatan untuk sukses juga Tuhan. Maka tidak pantas jika kita angkuh terhadap apa yang telah kita dapatkan hingga detik ini. Tetaplah rendah hati, jadilah manusia yang ahli syukur, ahli sabar dan memandang diri ini rendah meskipun orang-orang memenadang dirimu luar biasa. Waallahua’lam Bisshawab. Mohon maaf atas segala kekurangan ilmu dan pengetahuan dari penulis, akan tetapi kekurangan ilmu dan pengetahuan tidak mengugurkan kewajiban untuk mengajak dan mengingatkan kepada kebaikan. :D

3 Januari 2013
-Abdul Ony Setiawan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar